Waktu itu adalah hari Senin. Hari pertama
Tom dan kawan-kawan masuk sekolah. Hari pertama belajar di SMP
Pembangunan, satu-satunya SMP di pinggiran suatu kecamatan di ujung
barat pulau Jawa.
Menurut jadwal yang sudah ditetapkan, dan
sudah dicatat oleh Tom saat masa orientasi
siswa (MOS), pelajaran pertama hari Senin adalah matematika. Satu pelajaran yang disukainya sejak SD dulu.
siswa (MOS), pelajaran pertama hari Senin adalah matematika. Satu pelajaran yang disukainya sejak SD dulu.
***
Lonceng sekolah berbunyi empat kali.
Menandakan jam masuk sekolah dan pelajaran pertama akan segera dimulai.
Para siswa segera masuk kelas, duduk dengan rapi, menunggu guru
matematika mereka.
Saat menunggu, Tom membayangkan guru
matematika yang akan masuk adalah seorang yang guru yang sudah tua dan
ditakuti siswa-siswinya. Tom pernah mendengar dari kakak-kakak kelasnya
bahwa guru-guru matematika di SMP Pembangunan terkenal sangat galak,
ditakuti, dan tidak disukai siswa-siswinya.
Tiba-tiba lamunan Tom terpecah
karena mendengar ucapan salam dari sang guru matematika. Ternyata, yang
dibayangkan Tom salah. Guru matematikanya ternyata masih muda, dan
sepertinya adalah guru baru di SMP Pembangunan. Setelah berdo’a dan lain
sebagainya, tiba giliran sang guru mengenalkan diri sebelum memulai
pelajaran.
“Anak-anak sekalian, sebelum kita mulai pelajaran, bapak akan perkenalkan diri bapak dulu, lalu bapak pun ingin mengenal satu-persatu kalian! Nama bapak adalah Al Zero. Orang-orang biasa memanggil Zero, tapi ada juga yang memanggil Al. Kalau ada yang mau kalian tanyakan, bapak persilakan!”
Demikian Pak Zero memperkenalkan diri.
Sambil menunggu pertanyaan, Pak Zero
berusaha mengenali siswa-siswinya, dengan memanggil satu persatu nama
mereka dari daftar hadir yang beliau bawa.
Kelas masih diam, siswa-siswi Pak Zero
rupanya masih enggan bertanya. Baru saja Pak Zero akan bicara, tiba-tiba
muncul pertanyaan.
“Pak, kenapa nama bapak Al Zero? Apa artinya?”
Ya, itulah pertanyaan singkat yang
diajukan Udin, kawan sebangku Tom. Pak Zero tidak langsung menjawab,
sedikit tersenyum dan sepertinya berpikir untuk menjawabnya.
“Ok, terima kasih, pertanyaan yang bagus, Din! Mm…kalian, selain Udin, mau tahu juga?
Serentak, semua siswa Pak Zero
mengatakan, “Mauuuuuuuu…”. Mulai saat itu, terjadilah proses
pembelajaran matematika melalui tanya jawab seperti berikut ini.
Pak Zero: “Mmm…Zero adalah satu kata yang berasal dari bahasa Inggris. Mm… kalian sudah pernah belajar bahasa Inggris, kan?”
Tak ada siswa yang mengaku, kelas kembali
terdiam. Semua siswa diam. Terdiamnya mereka karena memang tak ada satu
pun di antara mereka yang pernah belajar bahasa Inggris. Sungguh
berbeda nasib mereka dengan siswa-siswa yang ada di kota yang sejak SD
sudah pernah belajar bahasa Inggris, baik melalui kursus atau dari
sekolah.
Pak Zero baru sadar bahwa yang
dihadapinya adalah siswa-siswi SMP, yang sewaktu SD belum pernah
mempelajari bahasa asing, termasuk bahasa Inggris.
Pak Zero: “Ok, jadi, zero itu artinya nol! Ya, nol!
“Lalu, kenapa bapak dinamai Zero alias Nol?” tanya Dirman dengan rasa ingin tahu yang tinggi!
Pak Zero: “Orang tua
bapak seorang pedagang yang cukup gemar membaca, khususnya tentang
sejarah matematika. Saat ada dalam kandungan, orang tua bapak ingin
sekali menamai anaknya dengan nama yang berasal dari istilah
matematika.”
Para siswa menyimak dengan baik apa yang diceritakan Pak Zero.
Pak Zero: “Dari sekian
banyak istilah matematika yang diketahui orang tua bapak, hampir
semuanya tidak cocok untuk dijadikan nama. Mereka terus berpikir dan
mencari, hingga, entah dengan sebab apa, orang tua bapak menamai bapak
dengan Al Zero. Katanya sih, terinspirasi dari nama penyanyi terkenal,
tapi nama itu erat kaitannya pula dengan sejarah matematika, khususnya
tentang angka nol!”
“Kalau begitu, bapak tahu dong sejarah angka nol?” tanya Tom, tiba-tiba berani mengungkapkan rasa ingin tahunya.
“Iya, Pak, ceritakan tentang angka nol pada kami!” pinta Jerry, seorang siswa yang duduk di pojok kanan belakang kelas.
Pak Zero: “Ok, akan
bapak ceritakan! Sekalian ini anggap saja sebagai pembuka topik yang
akan kita pelajari nanti. Cerita ini cocok dengan pelajaran yang akan
kita pelajari, yaitu tentang bilangan bulat!
“Horee… pelajaran matematikanya lewat
dongeng!” kata Udin dalam hati. Udin pantas bergembira, sebab sejak SD
dia memang kurang menyukai matematika, seringnya takut belajar satu
pelajaran ini.
Pak Zero pun memulai ceritanya, tentang nol. Ya, tentang satu kata yang nyantel di namanya. Beginilah ceritanya.
“Konon, dibandingkan angka-angka yang lain, nol merupakan angka yang relative baru ditemukan! Menurut para ahli sejarah matematika, gagasan tentang nol pertama kali ditemukan di catatan Brahmagupta pada abad 7 Masehi.”
Udin: “Pak, Brahmagupta itu siapa?”
Pak Zero: “Brahmagupta
adalah salah seorang matematikawan yang berasal dari negeri India. Ya
negerinya tuan Takur, yang terkenal dalam film-film India itu!”
“Ha ha ha…” hampir semua siswa tertawa mendengar cerita Pak Zero, karena menyebut satu tokoh terkenal (bengis) dalam film India.
“Konon, di catatan Brahmagupta, angka nol dilambangkan tidak seperti sekarang. Lambangnya waktu itu baru berupa titik. Bukan bundaran seperti sekarang!”
“Berarti, bukan Brahmagupta dong yang
menemukan angka nol? Lalu siapa, Pak, yang pertama kali menggunakan
lambang 0 seperti sekarang?” tanya Tom dengan sangat kritis. Pertanyaan
yang tak terduga, mengagetkan Pak Zero.
Apa tanggapan Pak Zero terhadap pertanyaan, Tom? Tunggu artikel selanjutnya. Sabar ya…
sumber : http://mathematicse.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar anda disini